Refleksi Hari Pahlawan, PB PMII Diskusikan Defense Heritage

Jakarta, PMII.ID- Dalam rangka Hari Pahlawan 10 November 2021, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bidang Pertahanan Keamanan dan Masyarakat Warisan Pertahanan (Defense Heritage Society) sukses mengadakan kolaborasi webinar bertema “Kuliah Umum Warisan Pertahanan (Defense Heritage) dan Perspektif Agama Terhadap Defense Heritage” pada Jumat, 12 November 2021 pukul 09:00-11:00 WIB secara daring.

Webinar Kuliah Umum dihadiri oleh Ketua Umum PB PMII Muhammad Abdullah Syukri, Pemateri Dr. Jeanne Francoise selaku penulis Disertasi Warisan Pertahanan bangsa Indonesia sekaligus pendiri DHS, dan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A. Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta & sekaligus Kiai NU. 

Penyelenggara adalah Arsyad Ketua PB PMII Bidang Pertahanan & Keamanan bersama segenap keluarga Besar Bidang Pertahanan dan Keamanan PB PMII. Acara ini dipandu oleh Moderator Indri Ayu, S.IP., M.Si.(Han). yang juga merupakan pengurus PB PMII Bidang Pertahanan dan Keamanan.

Kuliah Umum tersebut dibuka langsung  oleh Ketua Umum PB PMII yang mengatakan bahwa PMII sekarang telah memiliki 27 bidang dan Lembaga baru, termasuk bidang Pertahanan dan Keamanan. Webinar ini merupakan webinar ketiga yang diselenggarakan oleh PB PMII bidang Pertahanan dan Keamanan, setelah sebelumnya sukses mengadakan webinar Refleksi Kemerdekaan dan juga Tema AUKUS dan Masa depan Pertahanan Indonesia.

Webinar ini juga merupakan webinar kolaborasi pertama PMII dengan Masyarakat Warisan Pertahanan dan diharapkan dapat terus terjalin kolaborasi lanjutan di program-program berikutnya.

Ketua Umum PB PMII mengingatkan kembali kepada para sahabat PMII bahwa membela negara termasuk bagian dari iman, sehingga perilaku dan aktivitas seorang muslim hendaknya selalu dilandasi rasa kecintaan terhadap negara dan bangsa. Ketua Umum PB PMII baru pertama kali ini mendengar istilah defense heritage dan amat senang dengan adanya webinar kuliah umum defense heritage ini.

Webinar Kuliah Umum dilanjutkan dengan Paparan dari Dr. Jeanne Francoise, yang menjelaskan tentang perbedaan cultural heritage dengan defense heritage, definisi defense heritage, kriteria suatu objek atau bangunan bisa termasuk ke dalam defense heritage, contoh-contoh defense heritage yang telah diteliti, berbagai stakeholders yang telah menyatakan dampak langsung terhadap adanya ide defense heritage ini, dan harapan-harapan ke depan bagi pengembangan penelitian defense heritage.

Dalam kaitannya dengan peran ulama dan kyai, Dr. Jeanne Francoise mengatakan bahwa pada 22 Oktober 1945, sekitar 60 hari setelah Kemerdekaan Indonesia, PBNU yang berkedudukan di Surabaya memutuskan sebuah “Resolusi Jihad”, yang mengatakan bahwa seorang muslim Indonesia wajib mempertahankan negara Indonesia.

Kemudian narasi sejarah pertahanan bangsa juga bisa digali dari pesantren-pesantren dan masjid-masjid. Sebagai contoh sekitar bulan November 1945, Pesantren Modern Gontor pernah digunakan sebagai tempat istirahat pasukan Jenderal Sudirman dan gudang logistik sementara pada saat persiapan TKR melawan Inggris dan sekutu, yang dikenal dengan Pertempuran Ambarawa. Sebagai penutup, Dr. Jeanne Francoise mengatakan bahwa “Indonesia perlu mengedepankan penelitian sejarah dan budaya, sebab banyak hal yang belum digali. Sejarah dan budaya harus menjadi sentral pembangunan, bukan sekedar gimmick”.

Webinar Kuliah Umum kemudian dilanjutkan dengan ceramah tanggapan oleh Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. yang sangat mengapresiasi ide defense heritage ini dan mendukung para sahabat PMII untuk mulai menemukan hal-hal baru yang bisa dijadikan penelitian. Dalam kaitannya dengan peran agama di dalam sejarah berbangsa dan bernegara, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. juga menambahkan bahwa bisa saja terdapat indirect defense heritage objects, misalnya masjid-masjid dan bedug-bedug yang turut ambil bagian dalam perjuangan para ulama dan santri dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Sebagai penutup Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. mengatakan bahwa “Agama adalah kekuatan bangsa Indonesia, sebab agama tidak bisa dipisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia. Jangan gunakan agama sebagai alat radikalisme”.

Webinar Kuliah Umum dihadiri oleh lebih dari 82 peserta yang terdiri dari para sahabat PMII dari berbagai wilayah; Cirebon, Banten, Riau, Tual, Sultra, Maluku, Aceh, Palembang, , Bone, Banda Neira, Klateng, Makassar, dan Banjarmasin, para alumni Universitas Pertahanan RI; Suci Sucilawati Sultan, M.Si.(Han)., Rizky Afriono, S.Hum., M.Si.(Han)., Agus Wibowo, S.E, M.E., M.Si.(Han). dan Seweit Hotroyman, S.T., M.Si.(Han), akademisi dari Lembaga, kampus, universitas, dan penggerak komunitas sejarah dan budaya, serta masyarakat umum dan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. 

Kuliah Umum tersebut ditutup dengan tanggapan dari Arsyad selaku Ketua PB PMII Bidang Pertahanan & Keamanan dengan menegaskan bahwa defense heritage ini merupakan tema diskusi yang langka di tempat yang kaya akan pengalaman pertahanan dan perlu ada webinar kolaborasi lanjutan serta program-program untuk membumikan defense heritage ini, misalnya dalam bentuk defense heritage walk di Jakarta, study tour defense heritage Nusantara, pun bahkan pembuatan Museum Warisan Pertahanan Republik Indonesia.