Belajar Speed of Trust dari Hadrotusyekh Hasyim Asy’ari

Oleh: Wahyuni Della Sari

Wabendum Hubungan International dan Jaringan Luar Negeri KOPRI PB PMII


Tulisan ini adalah sebuah refleksi perjalanan saya dan suami ketika melakukan solo riding dari malang hingga ke Jombang di tahun 2022. Siang itu saya Bersama suami ingin sekali ziarah ke makam Gus Dur dan Hadrotusyekh Hasyim Asy’ari maklum saya warga NU yang bukan berasal dari pulau Jawa hanya berproses saja di Jakarta, jadi belum pernah menjajakan kaki langsung di tanah kelahiran pendiri NU ini. Perjalanan kami tempuh dengan menggunakan sepeda motor kurang lebih 2,5 jam dari malang menuju Jombang. Selama perjalanan mata saya disuguhi banyak pemandangan indah dari rumah warga, taman rekreasi, agrowisata, sawah, sungai, bahkan penjual air degan dipinggir jalan. Sungguh kombinasi yang sangat double kill kalau kata suami saya. Ketika memasuki wilayah Kediri dan Jombang mata saya disuguhi dengan pemandangan hamparan kebun tebu hitam yang tumbuh subur dan lebat. Konon kata suami saya nama Tebuireng itu diambil dari banyaknya kebun tebu warga di daerah tersebut, alhasil wilayah tersebut di namai Tebuireng yang artinya tebu hitam.

Selama perjalanan menuju Pondok Tebuireng suami saya banyak bercerita tentang latar belakang kota ini. Menurut penuturannya sumber pemasukan kota ini salah satunya disokong dari hasil perkebunan tebu, “Nanti di ujung jalan ini kamu akan menemukan pabrik gula lawas yang Bernama Tjoekir.” Katanya pabrik gula ini menjadi penanda bagi suami saya jika ingin datang ke Pondok Tebuireng. Setelah mendengar cerita ahli sejarah selain ayah saya ini bercerita, saya mencoba membayangkan bagaimana dulu Hadrotusyekh bisa menyebarkan Nahdlatul Ulama dari kebun tebu hingga sampai pelosok Indonesia raya. Bagaimana cara yang ia lakukan untuk meyakiankan warga masyarakat pada waktu itu, untuk meyakini islam dan menjadikan Nahdlatul Ulama menjadi Gerakan kultural masyarakat pada masa itu. Tentu perjuangan ini tidak mungkin hanya mengandalkan perjalanan beliau yang menemui satu persatu orang untuk percaya. Saya yakin ada suatu yang lebih kuat dari ajakan secara persuasive ini.

Jika mendengar cerita dari buku dan ceritra orang tua dahulu. Kharisma dan pengetahuan yang mendalam  tentang ajaran Islam adalah hal-hal yang membuat banyak orang ingin mengikuti beliau. Penilaian terkait kharisma ini jika di terjemahkan ke dalam Bahasa kepemimpinan dapat bermakna “Trust” atau kepercayaan. Dimana kepercayaan ini tidak langsung muncul atau tidak hanya didukung dari latar belakang keluarga saja, akan tetapi ia hadir dari kematangan karakter dan kompetensi yang akhirnya melahirkan kepercayaan dan kredibilitas sehingga banyak orang bisa terpengaruhi oleh ajakan Hadrotusyekh. Kredibilitas tentu tidak muncul dengan sendirinya, ia melalui suatu proses pembentukan dan kesadaran dari subject tersebut, saya haqqul yaqin Hadrotus Syeikh sudah menyadari dan menerapkan 2 hal tersebut dalam dirinya.

Ngomong-ngomong soal “Trust” Saya jadi mengingat salah satu tokoh yang biasa membahas soal kepecayaan. Menurut Stephen M.R. Covey Kepercayaan adalah hal yang dapat mempengaruhi kualitas relasi, komunikasi, pekerjaan, bisnis, ataupun usaha yang sedang di jalankan. Kepercayaan menjadi modal seorang pemimpin dalam memimpin apa yang ia lakukan. Kepercayaan dalam buku Speed of Trust terdiri dari 4 inti kredibilitas: Integritas, Niat, Kemampuan dan Hasil. Keempatnya merupakan unsur utama yang membuat kita dapat menjadi orang yang dapat dipercaya. Dua inti pertama yakni integritas dan niat berkaitan dengan karakter sementara dua berikutnya berkaitan dengan kompetensi. Inti kredibilitas pertama Integritas (Integrity), integritas di jelaskan oleh Covey layaknya seperti akar, ia berperan menyalurkan makanan, memberikan kekuatan, stabilitas, dan pertumbuhan pada pohon. Dalam mendefinisikan integritas bagi Covey tidak hanya dengan mendefinisikan sebagai kejujuran. Untuk bisa menampilkan kejujuran juga diperlukan sikap yang kongruen. Apa itu sikap kongruen? Sikap kongruen adalah satu tindakan yang yang selaras antara nilai dan keyakinan, orang dengan kongruensi digerakan oleh keinginannya tidak digerakan oleh orang lain atau reaktif terhadap Tindakan orang lain. Mereka bertindak atas dasar keinginan dan kehendak mereka, tidak digerakan oleh factor eksternal. Kemudian aspek yang menguatkan integritas berikutnya adalah kerendahan hati. Memanifestasikan sikap rendah hati dalam pekerjaan ataupun organisasi dapat dilakukan dengan menyadari prinsip dan mengutamakannya lebih dari diri sendiri, Bahasa yang penulis senangi dari rendah hati adalah “memahami apa yang benar dan menjadi benar” orang yang rendah hati sadar betul bahwa prinsip-prinsip mengendalikan organisasi. Kecenderung orang yang rendah hati adalah ia sadar tidak mampu melakukan segala sesuatu sendiri, ia membutuhkan orang lain untuk melakukan perubahan. Aspek yang dapat dikenali dari orang yang memiliki integritas adalah keberanian.


Source from GUSDURian Network

Inti kredibilitas yang kedua adalah niat (Intent). Niat dapat diartikan sebagai rencana atau tujuan. Niat sendiri terdiri dari 3 hal pertama, adalah motif. Motif merupakan alasan mengapa kita melakukan sesuatu menurut Covey motif yang mengilhami kepercayaan datang dari kepedulian sejati- peduli dengan orang lain, peduli dengan tujuan, peduli dengan kualitas, dan peduli pada sekitar. Kedua, agenda. Agenda pada dasarnya tumbuh dari motif. Ia adalah apa yang ingin kita lakukan atau promosikan karena motif yang kita miliki. Agenda yang mengilahmi kepercayaan adalah menghasilkan manfaat bersama. Inti kredibilitas yang ke tiga adalah kemampuan (Capabilities). Kemampuan dalam gambar pohon di gambarkan oleh Covey sebagai Cabang yang menghasilkan buah. Kemampuan merupakan aspek penting yang menjadi penentu apakah kita kredibel atau tidak. Orang dapat memberi kita tanggung jawab karena melihat bagaimana kemampuan kita dalam bidang tersebut. Di dalam kemampuan pertanyaan dasar yang perlu kita jawab adalah “Kemampuan apa yang saya miliki agar saya kredibel dan dapat membuat orang percaya dengan saya?”, “Pengalaman apa yang saya miliki (atau tidak saya miliki) dalam mengembangkan kapasitas dan mempengaruhi kepercayaan orang terhadap saya?”, “Bagaimana sikap dan pendekatan yang akan saya lakukan untuk meningkatkan kapasitas saya?” Kemampuan pada dasarnya terkait atas TASKS (Talents, attitudes, skills, knowledge, style). Bakat adalah bawaan dari kita lahir. Sikap mencerminkan paradigma kita (cara kita melihat, dan bagaimana cara kita menjalani kehidupan), skills adalah kesiapan kita, segala sesuatu yang kita kerjakan dengan baik. Pengetahuan mencerminkan pembelajaran, pengetahuan, pengertian, dan wawasan kita terhadap sesuatu. Terakhir adalah gaya, gaya sendiri mencerminkan bagaimana pendekatan dan kepribadian kita. Hal-hal ini yang menunjang kemampuan seseorang jika 5 hal ini dapat ditingkatkan penilaian anda sebagai seorang yang kapabel akan terwujud.

Inti kredibilitas yang keempat adalah Hasil. Hasil dapat dimaknai dengan catatan kinerja dalam perumpamaan pohon, hasil adalah buah. Ia adalah tujuan akhir yang bisa diukur dan hasil dari akar, batang, dan cabang. Di dalam hasil terdapat penilaian akan rekam jejak. Rekam jejak sendiri merupakan apa yang dilakukan selama berproses di masa lalu, yang menunjukan seberapa baik dalam melakukan pekerjaan dan how to handle the problem. kemudian capaian kerja. Capain kerja terkait Upaya yang dilakukan untuk dapat menghasilkan kinerja yang baik yang sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Berikutnya yang merupakan bagian dari hasil adalah keterandalan. Keterandalan sendiri terkait dengan kemampuan untuk bisa melakukan sesuatu, dapat dipercaya, result jelas. Terakhir adalah akuntabilitas. Akuntabilitas sendiri terkait dengan apakah seseorang dapat mempertanggung jawabkan (dapat dipercaya) apa yang ia lakukan terhadap pihak-pihak terkait.  

Empat inti ini, Menurut Stephen Covey akan membentuk kepercayaan orang terhadap kita. Teori ini dapat di cek melalui kegemaaran atau pengaruh dari tokoh yang kita sukai pada diri kita. Yang kita liat dari mereka sesungguhnya adalah karakter dan kompetensi yang mereka miliki. kepercayaan itu akan bekerja apabila karakter dan kompetensi ini beriringan. Jika secara kompetensi sudah matang, tapi ternyata si subject tersebut memiliki hidden agenda yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan, maka kepercayaan itu tidak bekerja secara maksimal. Begitu juga, jika secara karakter sudah sesuai dengan yang diinginkan tapi ternyata kompetensi dalam hal akuntabilitas ternyata tidak sesuai harapan, maka lagi-lagi kepercayaan tidak bekerja secara maksimal. Itulah alasan mengapa banyak orang yang belum berhasil memberikan pengaruhnya kepada orang lain, karena bisa jadi masih ada yang belum terlengkapi diantara dua hal ini.

Dari pengalaman dan teori Stephen Covey serta perjuangan Hadrotusyekh Hasyim Asy’ari mari kita refleksikan Kembali pada posisi kita sebagai pencinta dan penerus perjuangan Mbah Hasyim hari ini, sudah sejauh mana kita bisa memberi dampak pada lingkungan kita hari ini?  sudahkah kita mematangkan karakter dan kompetensi yang kita miliki sehingga kita bisa dipercaya dan dianggap mumpuni dalam satu bidang?  sehingga kita bisa memberi dampak seperti Hadrotusyekh? Tentu jawaban ini tidak bisa diberikan penulis, semua jawaban Kembali pada diri kita. Mari refleksi dan menyiapkan diri untuk Langkah yang lebih maju.


2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *