PMII Era Baru: Kuatkan Kaderisasi, Kembangkan Wirausaha

Oleh: LUBIS, S.H., M.H.

Wakil Bendahara Umum PB PMII

Salam Pergerakan...

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah menjadi rumah besar kaderisasi dan perjuangan kaum muda Islam Indonesia sejak berdirinya pada tahun 1960. Dalam perjalanannya, PMII telah melahirkan banyak tokoh nasional, pemimpin masyarakat, dan intelektual muslim yang memiliki kontribusi besar bagi bangsa. Kini, saat PMII memasuki era baru yang penuh tantangan globalisasi, disrupsi teknologi, dan perubahan pola hidup generasi muda, diperlukan pembaruan visi dan strategi gerakan.

Dua pilar utama yang menjadi fondasi PMII dalam menghadapi era ini adalah penguatan kaderisasi dan pengembangan wirausaha kader. Keduanya menjadi motor penggerak organisasi yang tidak hanya ingin melahirkan kader militan, tetapi juga mandiri dan mampu menjawab problematika masyarakat dengan solusi nyata.

Kaderisasi: Napas Perjuangan yang Tidak Boleh Padam

PMII dikenal sebagai organisasi kader. Artinya, kekuatan utamanya terletak pada kualitas sumber daya manusianya. Proses kaderisasi harus dijalankan secara serius, bertahap, dan berjenjang untuk melahirkan kader yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional.

Seperti dikatakan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), salah satu tokoh penting dalam sejarah PMII, “Kita tidak bisa membangun bangsa dengan amarah, tapi dengan akal sehat dan hati nurani. Dan itu harus ditanamkan sejak dini melalui kaderisasi yang sehat.”

Dalam konteks era baru, kaderisasi PMII tidak hanya bisa bertumpu pada metode konvensional. Perlu pembaruan kurikulum, digitalisasi materi, hingga integrasi dengan isu-isu global seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan transformasi digital. PMII harus bisa menyentuh dimensi baru dari kehidupan mahasiswa, tanpa kehilangan jati diri keislaman dan kebangsaan yang moderat.

Penting pula untuk mendorong kaderisasi berbasis wilayah dan minat. Kader dari berbagai daerah memiliki tantangan dan potensi yang berbeda, sehingga pendekatan kaderisasi harus disesuaikan dengan konteks lokal. Dengan begitu, kader PMII tidak hanya kuat dalam basis teori, tetapi juga adaptif di lapangan.

Wirausaha: Pilar Kemandirian dan Kekuatan Ekonomi Kader

Salah satu tantangan besar generasi muda hari ini adalah persoalan ekonomi. Tingkat pengangguran sarjana meningkat, sementara kesempatan kerja formal makin terbatas. Dalam kondisi ini, PMII tidak bisa hanya menjadi organisasi diskusi dan advokasi, tetapi juga harus hadir sebagai fasilitator pemberdayaan ekonomi bagi anggotanya.

Sebagaimana ditegaskan oleh pendiri bangsa Bung Hatta, “Koperasi dan usaha mandiri adalah jalan kita menuju kemerdekaan ekonomi.” Semangat ini harus dihidupkan kembali dalam tubuh PMII melalui gerakan kewirausahaan kader. Kewirausahaan bukan hanya soal bisnis, tetapi tentang menciptakan nilai, kebermanfaatan, dan solusi sosial.

PMII perlu menciptakan ekosistem wirausaha kader melalui:

Pelatihan bisnis dan keuangan: mulai dari manajemen dasar, pemasaran digital, hingga literasi keuangan syariah.

Pendampingan dan inkubasi usaha: menyediakan mentor dari alumni atau tokoh profesional untuk mendampingi usaha kader muda.

Akses permodalan dan jaringan usaha: membangun koperasi kader PMII dan menggandeng mitra strategis untuk membantu pembiayaan dan ekspansi usaha.

Digitalisasi dan ekonomi kreatif: mendorong kader masuk ke sektor-sektor modern seperti startup, konten digital, produk halal, dan bisnis online.

Menyatukan Kekuatan: Sinergi Kaderisasi dan Kewirausahaan

Kaderisasi dan kewirausahaan harus dilihat sebagai satu kesatuan, bukan dua kutub yang bertolak belakang. Justru kaderisasi yang baik akan melahirkan individu yang mampu berwirausaha secara etis dan visioner. Sementara wirausaha yang kuat akan menunjang kemandirian kader dan organisasi.

PMII harus menyiapkan modul kaderisasi yang memuat dimensi enterpreneurship berbasis nilai-nilai Islam. Kader diajarkan bahwa bisnis bukan hanya soal profit, tapi juga soal keberkahan dan tanggung jawab sosial. Dengan semangat ini, wirausaha kader akan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar, bukan semata keuntungan pribadi.

Sebagaimana pesan KH. Hasyim Asy’ari, “Ilmu tanpa amal adalah sia-sia.” Maka kaderisasi tanpa kebermanfaatan nyata juga akan kehilangan esensinya. Di sinilah pentingnya menyatukan kekuatan: kader yang berilmu, berakhlak, dan produktif.

Penutup: Menuju PMII yang Lebih Progresif dan Mandiri

PMII era baru adalah PMII yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan optimisme dan strategi yang tepat. Kaderisasi adalah ruh perjuangan yang harus dijaga, sementara kewirausahaan adalah energi baru yang akan menggerakkan roda organisasi secara mandiri.

Dengan menyatukan semangat ideologis dan kekuatan ekonomi, PMII tidak hanya akan bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi organisasi yang berdampak luas. Inilah saatnya kader PMII tidak hanya menjadi pemikir dan penggerak, tetapi juga pencipta solusi, pencipta lapangan kerja, dan penopang ekonomi umat.

Mari kita perkuat barisan, kobarkan semangat kaderisasi, dan tumbuhkan jiwa wirausaha di setiap kader. Karena masa depan PMII adalah masa depan umat dan bangsa Indonesia.